Arsitektur orang Nias terkenal
akan pondasinya yang terdiri dari pengaturan yang cukup rumit dengan susunan
tiang tegak dan miring. Bangunan Nias benar-benar dirancang agar tahan tahan
goncangan dari gempa bumi. Meski tiangnya kokoh, di sisi lain tiang-tiang
bangunan Nias bagian Selatan memiliki tingkat kelenturan karena tidak secara langsung
dipancangkan ke dalam tanah melainkan hanya tertumpu di atas pondasi batu.
Rumah adat Nias bagian Selatan kebanyakan berbahan kayu yang diberi berbagai hiasan dan corak yang khas.
Atap bangunan yang curam dan pada bagian atap terdapat “jendela” yang dapat dibuka,
untuk memastikan sinar matahari masuk dalam ruangan serta berfungsi memberikan
sirkulasi udara yang baik.
Atap rumah adat Nias bagian Selatan memiliki kekhasan-nya tersendiri, atap rumah itu dibangun sangat tinggi ditutupi serat-serat palem–kekinian atap rumah dibuat dari seng dan beberapa juga telah menggunakan bahan lain dalam membangun rumah.
Atap rumah adat Nias bagian Selatan memiliki kekhasan-nya tersendiri, atap rumah itu dibangun sangat tinggi ditutupi serat-serat palem–kekinian atap rumah dibuat dari seng dan beberapa juga telah menggunakan bahan lain dalam membangun rumah.
Rumah adat orang Nias bagian Utara dibedakan oleh denah lantai dasarnya yang khas karena
berbentuk lonjong. Bagian atapnya terdiri atas struktur lebih ringan dengan
bagian ruangan bawah atap yang dibuat tanpa penghalang. Hal ini memungkinkan
tingkat atas dari lantainya sebagai tempat tinggal utama.
Rumah dari
kepala suku atau bangsawan disebut omo
sebua. Bangunan yang sangat berbeda dengan rumah kebanyakan.
Selain dari segi arsitektur rumah, omo
sebua, banyaknya dihias dengan simbol-simbol perang dan juga patung
di sekitarnya. Tugu-tugu batu megalit nampak diletakan di depan pelataran,
biasanya sebagai tempat berkumpul bagi masyarakat . Batu ini tidak hanya
terdiri dari bentuk menhir, tetapi juga ada yang berbentuk bangku panjang, dan
bangku bundar dan juga singgasana bagi seorang raja.
Tugu-tugu
batu (őli batu) yang terdapat di depan rumah dapat menujukan status sosial
pemilik rumah., biasanya sebagai tanda atau peringatan dan penghargaan atas
jasanya dan jasa leluhurnya pada masa lalu.
Tidak
sembarangan untuk mendirikan tugu batu. Dalam pendirian menhir faulu diatur oleh adat
dan disahkan oleh ketua adat. Hak untuk mendirikan tugu diatur oleh majelis
desa yang anggotanya akan mempertimbangkan: Mokhő (kekayaan), Molakhőmi (kepemimpinan), Faasi'a (usia atau
umur), Onekhe (kecerdasan
atau kemahiran).
Dilihat
dari segi tata ruang desa, Masyarakat Nias umumnya membangun rumah dalam dua
jajar rumah (kiri dan kanan) yang mengapit jalan utama atau ewali dengan
lantai-lantai batu sebagai alasnya. Selain sebagai rumah untuk tempat
tinggal, orang Nias juga mengenal istilah rumah yang digunakan sebagai tempat
pertemuan yang disebut bale.
Letak bale ini biasanya berada di dekat rumah kepala adat dan berada di dekat area kosong yang cukup luas (gorahua newali)
Letak bale ini biasanya berada di dekat rumah kepala adat dan berada di dekat area kosong yang cukup luas (gorahua newali)
Dahulu,
ketika masih sering terjadi peperangan dan penyerbuan dari wilayah lain, desa
biasanya akan dilindungi oleh pagar dari tiang bambu yang telah diruncingkan
dengan parit yang dalam di belakang pagar. Sedangkan pada pertahanan dalam
dilindungi dinding dari batu yang cukup tebal dengan hanya memiliki satu pintu
masuk yang selalu dijaga oleh prajurit terbaik yang tinggal di rumah-rumah
jaga.
No comments:
Post a Comment